Bulan Ramadhan kembali dihamparkan dengan segala keutamaan dan keberkahan yang bertaburan disetiap titian detiknya. Semoga kita semua masih diberikan umur, kesehaan dan ketetapan Iman yang semakin meningkat kualitasnya untuk melebur dalam ‘pesta’ sepanjang bulan Ramadhan. Dan Bismillahirrahmaanirrahiim turut belajar untuk menuliskan artikel seputar dan terkait dengan Bulan suci Ramadhan, maka inilah tema yang saya ambil “Ramadhan sebagai Nikmat terbaik?”. Kita punya kesempatan untuk meraih kenikmatan tersebut, tekadkan yang kuat dan murnikan niat untuk memenuhkan diri dengan nikmat yang disediakan tanpa jeda dan berkali lipat dalam jamuan Ramadhan.
Oleh karena itu, marilah kita sambut dengan rasa syukur dalam pembuktian laku diri, ibadah dan perbuatan-perbuatan lainnya yang membawa kita pada pencapaian nikmat tiada tara tersebut. Allah Subhanahu wa Ta'ala memberkahi orang-orang mukmin, makanan dan minuman mereka jadi berkah, meski sedikit tetapi mengenyangkan dan menghilangkan dahaga. Harta dan shodaqoh berkah yakni ditambah dan diperbanyak, pendekatan diri dan amal-amal baik pun dilipatgandakan. Pintu langit telah dibuka untuk ijabahnya doa, neraka telah ditutup untuk memberi harapan dan keyakinan para pelaku dosa, syetanpun dibelenggu hingga kaki menjadi ringan untuk melakukan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Imam Thabrani meriwayatkan sebuah hadist dari Ubadah bin Shamit ra, yang menyatakan bahwa suatu hari di bulan Ramadhan, Rosulullah Shallallahu Alaihi wa Salam bersabda:
Dari hadist tersebut, seakan-akan Rosulullah menyampaikan kepada kita “Turunlah kalian di arena perlombaan super akbar ini dengan penampilan paling prima”. Dan memang inilah kesempatan kita memecahkan rekor-rekor dalam cabang-cabang amal sholih, dalam bidang-bidang ibadah dan pendekatan diri kepada Allah, baik yang bersifat ritual maupun amal kebajikan dalam keluarga dan masyarakat. Kenikmatan bulan Ramadhan adalah dilipatgandakannya pahala amalan sholih seorang muslim sebagaiman terdapat dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Khuzaimah, antara lain disebutkan bahwa Rosulullah bersabda:
Bila demikian, apalagi yang membuat kita enggan dan beralas-alasan untuk tidak turut serta dalam perlombaan berburu laksa nikmat berlipat di bulan Ramadhan? Sungguh Maha Pemurah Allah Subhanahu wa Ta'ala, tak hanya memberikan satu bulan penuh ampunan dan rahmat, tapi juga memberikan satu malam istimewa yang nilainya lebih baik dari 1000 bulan.
Maka mari sama-sama merenungkan, dimanakah kita selama ini saat Allah Subhanahu wa Ta'alamembukakan malam istimewanya kepada hamba-hambaNYA? Pegalaman yang kita lihat, bisa kita golongkan dalam beberapa klasifikasi dalam semangat ibadah bulan Ramadhan, antara lain:
- Semangat ibadahnya dari awal hingga akhir tidak ada kecuali sedikit saja. Dia tidak memanfaatkan kesempatan terbukanya pintu rahmat dan ampunan dan menempatkan dirinya dalam kerugian.
- Semangat di awal dan lemah di akhir Ramadhan, fenomena ini yang jamak kita jumpai di sekitar kita. Shaf-shaf jamaah dan sholat tarawih semakin ‘maju’ sedangkan pusat perbelanjaan semakin semarak sebagai arena perburuan untuk berbagai keperluan ‘material’ menyambut Idhul Fitri. Sungguh pemandangan yang sangat menggelikan [sekaligus menyedihkan], saat para malaikat berbondong-bondong turun ke bumi, justru sebagia besar dari kita sibuk safari mall. Turunnya semangat ketaatan bisa menjadi tanda-tanda tidak berhasilnya Ramadhan kita karena sejatinya amal yang baik dan benar akan menumbuhkan iman, sedangkan iman yang benar akan ditambahkan iman dua kali lipat oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Kalau iman sudah berlipat, bagaimana mungkin amal ibadah malah menurun?
- Mengejar Lailatul Qadr secara pragmatis. Seruan Rosulullah untuk mengejar Lailatul Qadr pada malam-malam ganjil ditanggapi secara pragmatis, yaitu kalau tidak malam ganjil kita enggan bersungguh-sungguh memanfaatkan malam-malam Ramadhan dengan penuh ketaatan. Padahal konteks yang disampaikan Rosulullah adalah agar kita menambah lagi amal ibadah dari yang sudah banyak menjadi lebih banyak dan baik lagi. Karena salah satu hikmah dan maksud adalah agar kita lebih serius dan khusyu’ pada semua malam Ramadhan.
- Menuju jamuan Lailatul Qadr dengan kesungguhan iman, ibarat kita akan menghadiri undangan pesta dari presiden, karena pentingnya acara tersebut maka segala sesuatunya sudah dipersiapkan jauh-jauh hari. Pengawal pintu gerbang Lalilatul Qadr adalah diri kita sendiri, hawa nafsu kita. Bila tidak melakukan persiapan yang maksimal sejak jauh-jauh hari, maka hawa nafsu kita seolah-olah menahan kita untuk menegakkan ketaatan di sepuluh malam Ramadhan yang terakhir. Jadi jangan salahkan siapa-siapa jika tiba-tiba kok berat rasanya menegakkan ibadah di malam hari.
Selain berlaksa nikmat dan janji berlipat pahala, saat puasa dilaksanakan juga BUKAN alasan untuk menurunkan produktifitas keseharian. Sejarah mencatat banyak peristiwa heroik yang ditorehkan saat bulan Ramadhan sebagi bukti betapa Bulan Puasa tidak menghalangi untuk membukukan kesuksesan jihad yang gemilang. Termasuk juga jihad fi sabilillah, sebagaimana yang dilakukan Rosulullah bersama para sahabatnya. Perang dengan kaum quraisy pertama kali adalah perang Badar terjadi pada Ramadhan 2Hijriyah, Berhasil menjebol pertahanan terakhir kaum Yahudi di Khaibar pada Ramadhan 6H. Peristiwa bersejarah lainnya yang dibukukan saat bulan Ramadhan adalah: pembebasan pulau Rhodes dari Byzantium [653 M], pembebsan Andalusia [710 M], kemenangan pasukan Shalahudin al-Ayyubi dalam perang Hiththin [1187 M], keberhasilan pasukan pimpinan Qutuz dalam perang ‘Ain Jalut [1260 M] dan banyak peristiwa fi sabilillah lainnya yang terjadi pada bulan Ramadhan merupakan bukti para pendahulu kita yang telah menggoreskan kesungguhannya dalam meraih kemuliaan di bulan Ramadhan dengan tinta emas. Dan bukankah Proklamasi Republik Indonesia juga dikumandangkan di bulan Ramadhan 1365 H?
Maka JANGAN berhenti bertaat-taat hanya hingga takbir [idhul fitri] berbunyi. Karena inilah tanda rasa syukur akan nikmat atas keberkahan Ramadhan. Rasa syukur itu yang akan menghadirkan nikmat ibadah di luar bulan Ramadhan sehingga Allah akan menambahkan nikmat dan berkahNYA kepada kita. Rasa syukur itu pula yang akan membuat kita menjadi insan yang mulia sebab kita InsyaAllah menerima keutamaan dari sifat-sifat mulia Allah. Dan hati orang-orang yang telah suci, kelak akan dipanggil-NYA sebagaimana kekasih memanggil yang dicintai-NYA.
Ya Allah dengan ridhaMU berikalnlah pada jasmani dan ruhani kami untuk meyempurnakan ketaatan di bulan Ramadhan hingga kami peroleh sebaik-baiknya nikmat yang mengokohkan keimanan dan ketaqwaan kami. Selamat menyambut dan menjalankan ibadah di Bulan Ramadhan, mohon maaf lahir dan bathin dan semoga kita semua termasuk ke dalam golongan umat yang mendapatkan kerberkahan serta keutamaan bulan suci yang dimuliakan [Ramadhan].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar